TANYAFAKTA.CO, KALIMANTAN SELATAN – Senyum anak-anak di SDN 2 Loktabat Selatan dan SMPN 2 Banjarbaru menyambut program Makan Bergizi Gratis (MBG) dengan antusias. Setiap piring yang tersaji bukan sekadar makanan, tetapi simbol investasi bangsa untuk masa depan. Program yang diinisiasi pemerintah melalui Badan Gizi Nasional ini dirancang untuk menekan angka malnutrisi dan stunting, sekaligus menyiapkan generasi sehat menuju Indonesia Emas 2045.

Dalam kunjungan lapangan pada 1–2 September 2025, Staf Ahli Menteri Lingkungan Hidup Bidang Hubungan Antar Lembaga Pusat dan Daerah, Hanifah Dwi Nirwana, meninjau langsung pelaksanaan program di Banjarbaru. Dari sekolah dasar hingga menengah pertama, serta dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), Hanifah “memotret” kenyataan di balik suksesnya distribusi ribuan porsi makanan bergizi setiap harinya.

Baca juga:  Beda Dengan Kabupaten Lain, KPU Muaro Jambi Gelar Peluncuran Pilkada Dengan Tabligh Akbar Dan Doa Bersama

Namun, di balik piring-piring bergizi itu, persoalan lingkungan khususnya pengelolaan sampah harus menjadi fokus. Sampah sisa makanan diangkut ke Tempat Pengelolaan Sementara tanpa pemilahan, sementara air limbah dari dapur SPPG belum melewati uji kualitas sebelum dibuang ke badan air. Meski sudah tersedia Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL), sistemnya masih sederhana dan berpotensi menimbulkan dampak pada lingkungan. Selain itu, limbah minyak bekas memasak juga menjadi problem. Meski di dapur yang dikunjungi kebetulan sudah ada pihak yang mengambil minyak jelantah, persoalan ini tetap harus menjadi perhatian bersama.

Hanifah menekankan pentingnya langkah cepat untuk mengintegrasikan gizi dan kepedulian lingkungan.

“Program Makan Bergizi Gratis adalah langkah besar untuk menyiapkan generasi emas. Namun, keberhasilan program ini harus berjalan seiring dengan kepedulian lingkungan. Karena itu, kami mendorong sekolah dan dapur SPPG mulai memilah sampah sejak dari sumbernya serta memastikan limbah cair diolah dengan benar. Dengan pengelolaan sederhana yang konsisten, kita bisa menjaga anak-anak tetap sehat sekaligus mewariskan bumi yang lestari,” ujarnya.

Baca juga:  168 Pejabat Baru UIN STS Jambi Resmi Dilantik

Sebagai tindak lanjut, Kementerian Lingkungan Hidup/Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH) berkomitmen memberikan pendampingan teknis. Fokus utamanya adalah membantu sekolah dan dapur SPPG dalam mengolah sampah organik —bukan lagi hanya pakan ternak, karena kebutuhan itu sudah dipenuhi sendiri oleh masyarakat—dan menyiapkan kajian desain IPAL sederhana sesuai kebutuhan lokal agar limbah cair lebih aman sebelum masuk ke lingkungan. Sampah organik tersebut akan diproses menjadi kompos antara lain menggunakan Lodong Sisa Dapur (Losida) atau dengan Teba Modern.