Fenomena lain akan terjadi adalah pecah kongsi bersama si wakil kepala daerah. Biasanya berpangkal pada pembagian kewenangan yang tidak jelas di antara keduanya, dan bagi-bagi keuntungan lainnya. Wakil merasa tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan strategis, sementara kepala daerah menganggap wakilnya berambisi mengambil alih wewenang. Pecah kongsi tidak saja telah menghambat jalannya pemerintahan, tetapi juga terbelahnya birokrasi.
Asal tahu saja, kisah isi tas ini merupakan pelajaran yang brilian dari Pemilihan Legislatif pada Februari 2024, dimana wakil rakyat yang benar-benar berjuang untuk rakyat dikalahkan oleh isi tas.
Memilih pemimpin pada 27 November 2024 mendatang, jangan sekedar hanya melihat elektabilitas dan popularitas, melainkan juga moralitas. Salah satu moralitas penting yang harus dimiliki dengan tidak membuat isi tas sebagai budaya.
Pengalaman sudah mengajarkan banyak yang akhirnya tertipu!
Oleh: Ramadhani, orang yang banyak belajar dengan Politisi Senior, Usman Ermulan.
Opini ini juga sudah tayang di https://www.aksipost.com/arsip/82876/muncul-perampok-baru-tanpa-moralitas-pasca-bakar-bakar-isi-tas/


Tinggalkan Balasan