“Kenyamanan zona yang ada saat ini telah menjadikan banyak pemuda apatis terhadap masalah yang dihadapi Indonesia. Di tengah perkembangan teknologi yang pesat, mereka perlu bangkit dan tidak tinggal diam,” ujarnya.
Bursah juga mengingatkan bahwa revolusi tidak perlu melibatkan banyak orang.
“Sejarah mencatat bahwa revolusi sering kali dimulai dari kelompok kecil yang berdiskusi untuk perubahan. Yang terpenting adalah keberanian untuk memulai,” imbuhnya.
Dia menekankan bahwa revolusi yang diinginkan adalah yang dapat membongkar struktur lama yang tidak relevan dan membangun keadilan serta kesejahteraan bagi semua.
“Revolusi harus menciptakan perubahan yang berarti bagi masyarakat, terutama bagi mereka yang terpinggirkan,” ungkapnya.
Bursah juga mencatat bahwa salah satu tantangan utama yang dihadapi bangsa adalah dominasi oligarki, yang semakin diperkuat melalui perubahan konstitusi.
“Penting bagi Indonesia untuk kembali ke konstitusi awal, yaitu UUD 1945, karena perubahan yang terjadi pasca 1999 hingga 2002 telah membuka jalan bagi oligarki untuk menguasai dan mengeksploitasi sumber daya bangsa,” jelasnya.
Di akhir pernyataannya, Bursah berharap agar generasi muda tidak melupakan sejarah pergerakan yang melibatkan pemuda dalam perjuangan bangsa.
“Pemuda harus memiliki semangat juang yang kuat untuk menghadapi dan mengontrol ketidakberesan dalam pemerintahan yang mengorbankan rakyat kecil,” pungkasnya. (Aas)


Tinggalkan Balasan