Hal ini terus terjadi dan berlarut-larut sehingga anak muda terlena menjadikan dinamika negatif ini menjadi tontonan publik yang seharusnya tidak dipertontonkan. Praktik ini merusak kualitas diskursus politik dan menciptakan suasana yang toksik, di mana anak muda terjebak dalam perang kata-kata yang tidak produktif.
Seharusnya, generasi muda mampu menggunakan platform ini untuk mendorong perubahan dan membangun dialog serta melahirkan gagasan-gagasan hebat, tetapi sering kali terjebak dalam praktik kampanye hitam yang tidak etis.
Kondisi ini menunjukkan adanya masalah mendasar dalam budaya politik kita. Generasi muda, yang seharusnya menjadi agen perubahan, sering kali hanya digunakan para elit politik sebagai alat peraga untuk memenangkan suara dengan cara yang tidak etis dan tidak mengedepankan moral.
Untuk menciptakan perubahan yang bersifat fundamental pada negeri ini, generasi muda harus menolak kampanye yang tidak berbasis pada visi dan misi yang jelas dan tidak mengedepankan gagasan-gagasan.
Jika para generasi muda terus terjebak dalam praktik kotor seperti memfitnah dan menyebarkan hoaks, karakter dari pemuda yang seharusnya bernilai jiwa kritisi dan mengedepankan pembangunan dengan berlandaskan moral akan menjadi cerita semata tanpa ada realisasi dimasa kini.
Lebih jauh lagi, alih-alih terfokus pada isu-isu substansial, banyak di antara anak muda terlibat dalam serangan pribadi yang mengalihkan perhatian dari permasalahan nyata. Isu siber bullying terhadap calon kepala daerah yang dilakukan oleh tim sukses yang berusia muda merupakan fenomena yang semakin sering terjadi.
Anak muda seharusnya berperan sebagai inovator yang menawarkan solusi terhadap tantangan pendidikan, sosial, dan lingkungan yang lebih dikedepankan dan lebih darurat untuk dikaji. Keterlibatan generasi muda tidak boleh sekadar dukungan, melainkan harus menciptakan ruang untuk dialog dan pemikiran kritis.
Saatnya generasi muda bertransformasi dari sekadar tim sukses menjadi agen perubahan yang membangun narasi positif. Anak muda perlu menempatkan integritas dan visi ke depan, mengambil sikap tegas terhadap praktik politik yang tidak sehat, serta mengedepankan solusi yang berkelanjutan dengan gagasan-gagasan yang membangun untuk peradaban bangsa ini kedepan.
Generasi muda harus berani menantang status quo dan memperjuangkan nilai-nilai kejujuran dan keadilan dalam politik. Jika ingin menjadi pemimpin masa depan, anak muda harus mulai bertindak sebagai pemikir kritis dan inisiator perubahan.
Kini adalah waktu yang tepat bagi generasi muda untuk tidak hanya berpartisipasi dalam konstelasi politik sebagai alat peraga yang menjual-belikan hal yang “murah” dalam ranah perpolitikan, tetapi mendefinisikan ulang keterlibatan politik pemuda dengan cara yang lebih konstruktif dan berorientasi kepada gagasan-gagasan yang membangun untuk masa depan.
Penulis : Bayu Anugerah


Tinggalkan Balasan