TANYAFAKTA.ID, JAMBI – Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2024 tumbuh sebesar 5,05 persen (year on year/yoy), didorong oleh permintaan domestik yang kuat dan peningkatan kinerja ekspor.

Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga sebagai kontributor utama tumbuh sebesar 4,93 persen (yoy), terutama akibat libur hari besar keagamaan dan libur sekolah yang lebih panjang.

Sementara itu, BPS Provinsi Jambi mencatat pertumbuhan ekonomi di provinsi ini pada triwulan II-2024 sebesar 4,15 persen (yoy), yang masih ditopang oleh sektor pertanian dan pertambangan.

Pengamat sosial ekonomi, Iin Habibi, S.E., menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi jauh di bawah rata-rata nasional. Ia menjelaskan bahwa rendahnya pertumbuhan ekonomi dapat menyebabkan berbagai dampak negatif, antara lain:

  1. Peningkatan kemiskinan.
  2. Meningkatnya pengangguran.
  3. Penurunan pendapatan.
  4. Penurunan aktivitas ekonomi.
  5. Penurunan daya beli masyarakat.
  6. Masalah gizi, terutama pada anak balita.
Baca juga:  Di duga Bawa Barang Ilegal, Kapal Misterius di Sadu Lolos dari Kejaran Polairud

Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan pembangunan suatu daerah.

“Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, baik dari segi pendidikan, kesehatan, maupun pemenuhan kebutuhan sehari-hari,” tuturnya kepada TanyaFakta.id pada Selasa, (8/10/2024).

Iin menambahkan bahwa rendahnya pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jambi mungkin disebabkan oleh kurangnya inovasi dari pemerintah daerah dalam menggali potensi pendapatan, serta ketidakmampuan dalam pengelolaan anggaran yang mengakibatkan kebocoran pendapatan.