TANYAFAKTA.ID, JAMBI – Menuju tahun 2045, Indonesia diharapkan mencapai visi besar yang dikenal dengan Indonesia Emas, yaitu periode di mana bangsa ini akan mencapai puncak kematangan dan kekuatan dalam berbagai aspek, baik ekonomi, sosial, politik, maupun budaya.

Visi ini tentunya sangat bergantung pada kualitas generasi muda yang akan memimpin Indonesia dalam kurun waktu tersebut. Generasi Z, yang lahir antara tahun 1997 hingga awal 2010-an, menjadi kelompok yang paling diharapkan untuk menjadi penggerak utama dalam mewujudkan visi ini.

Namun, di tengah optimisme terhadap kemampuan dan potensi Generasi Z, muncul tantangan serius yang mengancam: rendahnya tingkat literasi di kalangan anak-anak Indonesia.

Berita bahwa masih banyak anak sekolah yang belum mampu membaca dengan baik mengundang perhatian luas. Hal ini menimbulkan pertanyaan mendasar:

Apakah Generasi Z siap dan mampu membawa Indonesia menuju impian Indonesia Emas 2045 di tengah krisis literasi yang sedang dihadapi?

Baca juga:  Wabup Muaro Jambi Hadiri Apel Gelar Pasukan Operasi Patuh 2025

Kondisi Pendidikan dan Literasi Indonesia Saat Ini

Salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan bangsa adalah kualitas pendidikan. Sayangnya, Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam hal ini.

Data dari Program for International Student Assessment (PISA) yang dirilis pada tahun 2018 menunjukkan bahwa kemampuan literasi siswa Indonesia berada di peringkat yang sangat rendah, yaitu urutan ke-74 dari 79 negara yang disurvei.

Kemampuan membaca yang minim ini menjadi cerminan nyata dari kualitas pendidikan di banyak sekolah, terutama di daerah-daerah terpencil.

Berbagai laporan dan berita menunjukkan bahwa ada anak-anak di Indonesia yang sudah menginjak usia sekolah namun belum bisa membaca dengan baik. Ini bukan hanya masalah individu, tetapi menjadi masalah struktural dalam sistem pendidikan kita.

Ketimpangan akses terhadap pendidikan berkualitas, minimnya pelatihan untuk guru, serta kurangnya fasilitas pendidikan di banyak daerah turut memperburuk situasi ini.

Baca juga:  Jangan Lakukan Ini Jika Bisnis Mu Ingin Sukses

Dalam konteks ini, kekhawatiran wajar muncul terkait kesiapan Generasi Z untuk mengambil alih tongkat estafet kepemimpinan bangsa menuju Indonesia Emas. Bagaimana mungkin mereka bisa bersaing dan memimpin di tingkat global jika kemampuan literasi dasar saja masih menjadi tantangan?

 Generasi Z dan Potensi Teknologi Digital

Meski tantangan literasi cukup serius, Generasi Z tetap memiliki keunggulan yang membedakan mereka dari generasi sebelumnya, terutama dalam hal pemanfaatan teknologi.

Generasi Z tumbuh di era digital yang memberikan mereka akses luas terhadap informasi dan pengetahuan. Sebagian besar dari mereka telah terbiasa dengan teknologi sejak usia dini, yang memungkinkan mereka lebih cepat beradaptasi dengan perkembangan zaman.

Teknologi dapat menjadi alat penting untuk mengatasi masalah literasi di Indonesia. Platform pembelajaran daring, aplikasi pendidikan, dan program-program berbasis teknologi dapat membantu anak-anak yang kesulitan mengakses pendidikan formal.

Baca juga:  Bahaya Terlalu Sering Mengonsumsi Obat Pil bagi Kesehatan

Dengan kemajuan teknologi, materi pembelajaran tidak lagi terbatas pada ruang kelas fisik. Sumber daya belajar bisa diakses kapan saja dan di mana saja, termasuk di daerah-daerah terpencil yang mungkin kurang mendapatkan perhatian dari sistem pendidikan konvensional.

Namun, di balik potensi ini, ada tantangan besar lainnya: bagaimana memastikan bahwa penggunaan teknologi benar-benar mendukung perkembangan literasi dan pendidikan secara keseluruhan?

Sebagian besar penggunaan teknologi oleh Generasi Z saat ini masih didominasi oleh hiburan seperti media sosial, game, dan konten-konten visual yang kurang edukatif. Jika tidak diarahkan dengan baik, teknologi justru bisa menjadi distraksi yang menghambat perkembangan literasi.

Peran Pemerintah dan Masyarakat dalam Mengatasi Krisis Literasi

Dalam menghadapi krisis literasi, peran pemerintah menjadi sangat krusial. Salah satu langkah yang perlu dilakukan adalah memperbaiki sistem pendidikan secara keseluruhan, mulai dari kurikulum yang relevan hingga peningkatan kualitas tenaga pengajar.