TANYAFAKTA.ID – Kemajuan teknologi yang pesat telah membawa berbagai inovasi yang memudahkan kehidupan, termasuk dalam dunia pendidikan. Salah satu inovasi yang paling berpengaruh adalah kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI).

Dengan AI, mahasiswa bisa mendapatkan berbagai informasi, menyusun esai, merangkum artikel, hingga membuat kode pemrograman. Tidak dapat dipungkiri, AI telah membantu mahasiswa dalam banyak aspek akademik, terutama dalam hal kecepatan dan kemudahan akses informasi.

Namun, di balik berbagai kemudahan tersebut, ada bahaya yang dapat mengancam perkembangan intelektual dan akademis mahasiswa jika mereka terlalu sering mengandalkan AI dalam menyelesaikan tugas.

Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang bahaya penggunaan AI yang berlebihan oleh mahasiswa dalam mengerjakan tugas, serta dampaknya terhadap kemampuan berpikir kritis, kemandirian belajar, dan etika akademik.

1. Menurunkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Analitis

Salah satu bahaya terbesar dari penggunaan AI secara berlebihan adalah penurunan kemampuan berpikir kritis dan analitis.

Baca juga:  EW LMND Jambi, Tegaskan Tak Berafiliasi Dengan Partai Politik

Tugas-tugas yang diberikan dosen biasanya dirancang untuk mendorong mahasiswa berpikir mendalam dan kritis terhadap suatu isu. Proses berpikir kritis ini melibatkan analisis, evaluasi, dan interpretasi yang mendalam terhadap informasi yang ada.

Namun, ketika mahasiswa terlalu sering menggunakan AI, mereka cenderung hanya menerima jawaban yang diberikan AI tanpa menganalisis atau mengevaluasinya lebih jauh.

AI memang dapat memberikan jawaban cepat dan ringkas. Namun, jawaban tersebut sering kali bersifat umum dan tidak terlalu mendalam. Jika mahasiswa terbiasa menerima jawaban instan dari AI, mereka bisa kehilangan kemampuan untuk berpikir kritis, menganalisis informasi dari berbagai sudut pandang, dan menggali pemahaman yang lebih mendalam. Padahal, kemampuan berpikir kritis ini sangat penting tidak hanya di dunia akademik, tetapi juga dalam kehidupan profesional dan pribadi.

Baca juga:  KN dan MA Resmi di Tahan Polda Jambi Terkait Kasus Pornografi

2. Menghambat Kemampuan Menulis dan Berkomunikasi

Dalam dunia akademik, menulis adalah salah satu keterampilan utama yang perlu dikuasai oleh mahasiswa. Menulis esai, laporan, atau makalah adalah bagian dari proses belajar yang mendorong mahasiswa untuk merangkai ide, menyusun argumen, dan menyampaikan informasi dengan jelas dan sistematis.

Jika mahasiswa terlalu sering menggunakan AI untuk menulis, mereka kehilangan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan ini. Akibatnya, kemampuan mahasiswa dalam menulis dan berkomunikasi secara tertulis bisa menurun.

Selain itu, AI mungkin dapat menyusun kalimat yang rapi, tetapi sering kali kekurangan gaya bahasa atau pemahaman mendalam terhadap konteks yang diinginkan.

Mahasiswa yang selalu mengandalkan AI mungkin akan kesulitan mengekspresikan ide dan argumen mereka dengan bahasa yang jelas dan pribadi, yang tentunya akan menjadi kekurangan dalam dunia profesional.

Baca juga:  Meneguhkan Kembali Asas Berorganisasi: Membangun BEM Universitas Jambi sebagai Katalis Pemimpin Berintegritas

3. Meningkatkan Risiko Plagiarisme

Ketika mahasiswa menggunakan AI untuk menyusun tugas, ada risiko tinggi bahwa mereka tanpa sadar mengambil karya orang lain atau menggunakan informasi yang terlalu mirip dengan sumber asli tanpa referensi yang tepat.

AI berbasis teks sering kali mengambil referensi dari berbagai sumber di internet, dan mahasiswa mungkin tidak menyadari bahwa teks yang dihasilkan AI mengandung unsur plagiarisme.

Plagiarisme adalah pelanggaran akademik yang serius dan bisa berdampak pada reputasi mahasiswa serta nilai mereka. Banyak institusi pendidikan yang memiliki aturan ketat terkait plagiarisme, dan sanksinya bisa beragam, mulai dari peringatan hingga pengurangan nilai atau bahkan diskors dari kampus.