Namun, pernyataan tersebut langsung dibantah oleh rekannya, Erwin Rinaldo, yang dengan tegas menyatakan bahwa tempat tersebut adalah rumah ibadah. Kejanggalan ini memicu spekulasi, apakah ada upaya untuk menutupi fakta atau justru ada perbedaan versi di dalam tim pemenangan HAR.

“Terserah, versi masing-masing. Tapi kalau rumah ibadah, kita tahu bentuknya. Itu bagi saya rumah kontrakan,” kata Sertyansah, yang tampaknya tidak sepakat dengan pernyataan rekannya sendiri.

Lebih jauh lagi, kontroversi semakin memanas terkait dugaan pembagian kupon beras yang dikaitkan dengan nomor urut 2. Saat ditanya oleh wartawan, Sertyansah bersikeras bahwa HAR tidak terlibat dalam distribusi beras tersebut dan tidak mengetahui adanya pembagian beras dengan kupon nomor 2.

Baca juga:  KPU dan Bawaslu Menentukan Makna Merdeka : Catatan Demokrasi HUT RI Ke-80

“Intinya, HAR tidak mengetahui adanya pembagian beras yang menggunakan kupon nomor 2,” ujarnya.

Namun, ketika ditanya lebih lanjut mengenai apakah ada kaitan antara pembagian beras dengan umat Konghucu, Sertyansah terkesan ragu dan akhirnya menyerahkan pertanyaan tersebut kepada rekannya, Beni Ari Feriadi. Beni kemudian memberikan penjelasan yang cukup mengundang perhatian.

“Jadi begini, terkait beras itu tidak ada hubungan dengan kandidat. Beras itu adalah imfak yang dikumpulkan dan tadinya akan diberikan untuk 200 umat yang datang,” jelas Beni.

Uniknya, selama proses pemeriksaan, HAR tidak mendapatkan dampingan dari calon wakil walikota nomor urut 2, Guntur yang merupakan pasangannya sendiri. Guntur terlihat asik sendiri menunggu dimobil dimulai dari HAR diperiksa sampai selesai pemeriksaan.  (Aas)