Sementara itu, H. Abdul Rahman-Guntur, lawan tanding mereka, seperti kapal yang berlayar tanpa arah. Mesin politik mereka, meskipun dihidupkan oleh dukungan partai besar, gagal menemukan ritme yang menyentuh hati masyarakat. Kehadiran Guntur yang digadang-gadang membawa suara muda justru tidak menambah bobot politik HAR. Keduanya seperti melangkah dalam bayang-bayang, sementara Maulana-Diza bersinar terang dengan program nyata dan dukungan yang meluas.

Pilwako 2024 ini mencatatkan sejarah di mana pemenang sudah tampak bahkan sebelum tinta pencoblosan mengering. Dalam bayangan yang semakin jelas, Maulana-Diza bukan lagi pilihan, tetapi sebuah keharusan. Kota Jambi tidak hanya memerlukan pemimpin yang baik, tetapi pemimpin yang mampu menjadi garda terdepan dalam mengawal aspirasi rakyatnya.

Baca juga:  Debat Kandidat Sarolangun: Panggung Retorika Hampa, Panelis Ala Kadarnya

Dalam perjalanan panjang ini, Maulana-Diza tidak sekadar maju untuk menang. Mereka maju untuk membangun, untuk memimpin, dan untuk melindungi. Kota Jambi berada di titik persimpangan, dan langkah Maulana-Diza adalah kompas yang memastikan kita semua berjalan ke arah yang benar.

Kemenangan mereka bukan hanya milik mereka, tetapi milik seluruh masyarakat Kota Jambi yang telah percaya bahwa perubahan sejati hanya dapat terwujud dengan kepemimpinan yang kuat dan berintegritas.

Besok Tanggal 27 November 2024 akan menjadi hari formalitas, saat suara rakyat hanya mengukuhkan apa yang selama ini telah menjadi suara hati mereka, Maulana-Diza adalah jawaban. Selamat Berbahagia, bahagia Kotanya dan Bahagia Masyarakatnya.

Penulis : Dedi Saputra