TANYAFAKTA.COTidak seperti rencana pembangunan Fly Over Simpang Mayang yang hilang begitu saja. Jambi Bussines Center (JBC) segera terealisasi. Padahal dari sisi kebutuhan publik jalan layang jauh lebih dibutuhkan untuk menunjang aktivitas warga, pintu masuk dari luar dan ke dalam kota Jambi.

Namun dibalik berbagai ketidak sinkronan konsepsi ekonomi ini, Ground breaking (peletakan batu pertama) dan launching (peluncuran) pembangunan JBC telah dilakukan Gubernur Jambi, Dr H Al Haris, S.Sos, MH, 12 September 2022 lalu.

Proyek senilai Rp 1,2 triliun di bekas kantor dinas peternakan kawasan Simpang Mayang, Kota Jambi dilakukan bekerja sama dengan perusahaan PT Putra Kurnia Properti (PKP).

Namun kini, sejak 2 tahun bangunan itu dikerjakan, dampak banjir mulai dirasakan warga di sekitaran lokasi pembangunan JBC.

Baca juga:  Gubernur Al Haris Temui Menteri PU, Dorong Pembangunan Infrastruktur di Jambi

Walhasil, permukiman rumah di RT 11 Telanaipura itu jarang terjadi meski dihantam hujan deras. Namun belakangan terakhir sejak adanya pembangunan Jambi Bisnis Center (JBC) yang diresmikan Gubernur Jambi Al Haris membuat kawasan permukiman rumah mereka itu kini jadi langganan banjir.

Kawasan permukiman di RT 11 itu sudah menjadi langganan banjir sejak ada bangunan Jambi Bisnis Center (JBC) itu. Dugaan warga ke bangunan JBC tersebut semakin tinggi setelah dampak banjir ini terjadi.

Pembangunan ini sebenarnya hanya membuktikan ketiadaan prioritas pemerintah provinsi Jambi pada masyarakat. Buktinya, alih – alih merealisasikan pembangunan jalan layang untuk mengurai kemacetan di Kawasan Simpang Mayang, mantan Bupati Merangin ini malah mendahulukan pembangunan Jambi Bussines Center (JBC).

Baca juga:  Tindak Lanjuti Permen ESDM, Gubernur Al Haris Lakukan Inventarisir Sumur Minyak di Provinsi Jambi

Pembangunan JBC amat berpotensi menimbulkan kemacetan dan masalah banjir di Simpang Mayang dan kawasan sekitar, baik saat pembangunan apalagi saat komplek JBC telah beroperasi. Kemacetan yang membuat inefisiensi ekonomi.

Saat ini saja, pada pagi dan sore hari atau Minggu siang ruas jalan itu mengalami kemacetan, meski sudah dibuat dua jalur, tetap saja tak bisa mengimbangi volume kendaraan yang besar.

Dari sisi ekonomi wilayah, Pembangunan JBC ini tidak menyebarluaskan magnet pertumbuhan ekonomi baru, malah membuat aktivitas ekonomi hanya bertumpu di Kota Jambi semata.

Jika aktivitas ekonomi tidak merata, pertumbuhan wilayah juga menjadi timpang. Artinya, pembangunan JBC cenderung memberi stimulus ketimpangan antar daerah di Kota dan daerah sekitar Kota dibanding pertumbuhan.

Baca juga:  Marhaen di Era Digital : Perjuangan Driver Ojol Melawan Penindasan Gaya Baru