Hal ini karena pembangunan JBC tidak serta merta bisa dipandang mampu meningkatkan investasi, apalagi menumbuh-kembangkan ekonomi baru, karena JBC adalah pembangunan yang tidak terintegrasi antara usaha besar, menengah dan kecil.

Kenapa JBC saya nilai tidak menciptakan dan memperluas bidang usaha, karena memang tak ada bidang usaha baru secara inovasi yang dibawanya, kecuali bangunan baru.

Bisa kita lihat rencana pembangunan ini saja kita bisa melihat, tak ada konsep baru yang ditawarkan JBC. Seperti, Mall yang dibangun nanti berlantai lima dan hotel berbintang sebanyak 14 lantai. Hotel di JBC nanti menyediakan ballroom (ruang pertemuan) dengan kapasitas 2.500 orang. Selain itu dibangun juga shop house (ruko) sebanyak 229 unit.

Baca juga:  Tantangan Inflasi Jambi: Antara Harga, Harapan, dan Kecepatan Bertindak

Oleh karena JBC saya nilai tidak dirancang sebagai katalis untuk membuka potensi ekonomi Jambi secara keseluruhan, hanya mendorong pertumbuhan sektoral dan kelas menengah atas.

Kelas menengah yang mampu mengkakses hotel mewah, mal dan gedung pertemuan, sementara masyarakat bawah hanya akan menjadi objek yang meminggirkan mereka. JBC meski menciptakan lapangan kerja tapi tidak mampu mengurangi kemiskinan.

Apalagi JBC tidak mengambarkan simbol identitas daerah yang mampu menjadi pusat gravitasi ekonomi baru yang diharapkan dapat membawa multiflier effect. JBC berpeluang akan menjadi tapak modernitas yang bermasalah antara pengembang dan pemerintah sebagaimana pembangunan Konsep Build Operating Transfer (BOT) yang selama ini dilakukan.

Padahal jika JBC dipindah ke lokasi yang memiliki konektivitas dengan daerah lain yang baik, peningkatan arus perdagangan lebih dari 50% diprovinsi Jambi dapat terjadi.

Baca juga:  Sekda Sudirman Pimpin Upacara Peringatan Hari Bela Negara Ke-76 Tahun 2024

Dapat menurunkan kesenjangan antar daerah, mendorong investasi di region baru serta mendorong diversifikasi ekonomi, sehingga tercipta dorongan nilai tambah ekonomi pada sektor non-tradisional pada berbagai wilayah di Provinsi Jambi.

Terakhir volume ekonomi Jambi tidaklah sekuat dugaan investor, buktinya, komplek – komplek serupa sepi dan merugi, apalagi melihat rencana waktu pembangunan proyek JBC ini lebih kurang lima tahun. Pembangunan JBC ditargetkan rampung tahun 2027 dengan alokasi dana pembangunan JBC mencapai Rp 1,2 triliun, kurang ekonomis secara bisnis.

Bayangkan, jika investor menggunakan dana Bank, kewajiban cicilan sudah datang, saat pembangunan belum selesai. Ujung – ujungnya semerawut BOT Pasar Angso Duo dengan PT. EBN akan terulang ?

Baca juga:  Al Haris dan Abdullah Sani Ikuti Gladi Kotor Menuju Pelantikan Kepala Daerah Terpilih

Penulis : Dr. Noviardi Ferzi | Pengamat