Pertama, “ilmul yaqin”, atau keyakinan yang diperoleh dari ilmu atau sekedar informasi pada janji dan ancaman berupa surga dan neraka sebagai balasan dari perbuatan setiap manusia selama hidup di dunia. Kenikmatan surga telah diinformasikan bagi segenap umat manusia begitu pula ancaman siksa neraka yang mengerikan. Meski sebagian tanda-tanda kebenarannya dapat disaksikan dalam kehidupan sehari-hark di dunia, namun sebagian besar janji dan ancaman tersebut saat ini adalah bersifat ilmu atau informasi dan akan disempurnakan di akhirat (kehidupan setelah kematian) kelak.
Kedua, “ainul yaqin” atau keyakinan yang diperoleh secara nyata dengan simbol kesaksian mata. Pada tingkatan ini, setiap orang akan melihat secara langsung kebenaran dari janji dan ancaman. Pada tahap ini, keduanya ditampakkan sebagai kebenaran bisa disaksikan selama di dunia dan alam antara (“Barzakh”) atau alam kubur. Kebenaran disaksikan secara nyata sehingga menghasilkan keyakinan yang nyata pula. Sayangnya, tidak ada lagi penambahan amal kebaikan dan berbagai bentuk ketaqwaan, bahkan saat itu tidak ada lagi pertobatan selama-lamanya.
Ketiga, “haqqul yaqiin” atau keyakinan yang kebenarannya telah dirasakan secara sungguh. Pada tahap ini, keyakinan menjelma kenyataan atau kebenaran yang dialami. Janji dan ancaman menjadi kenyataan yang dirasakan. Kenikmatan sebagai balasan dari setiap kebaikan secara meyakinkan karena telah saatnya dirasakan, begitupun pahit dan sakitnya ancaman bagi yang berbuat sebaliknya dalam pandangan ketuhanan.
Memungkinkan komparasi atau integrasi antar kedua pemahaman, Filsafat dan teologi sebagaimana dipaparkan di atas adalah dengan melihat ilmu atau informasi tentang keyakinan. Jika pemahaman yang mengingkari keyakinan di atas atau tidak meyakini, maka pemahaman tersebut hanya berada pada tingkatan pertama atau sebatas sampai informasi kepadanya tentang janji dan ancaman. Adapun pemeluk agama yang meyakini yang disyaratkan untuk meyakini ketiga jenis di atas. Namun berdasarkan perspektif tersebut, setiap orang akan mendapatkan konsekuensi dari keyakinan yang didapat.
Intinya, keyakinan pemahaman bercorak teosentris telah menyampaikan pandangannya dalam artikel singkat ini sebagai khazanah dan hikmah serta dapat direfleksikan masing-masing.
Selanjutnya untuk lebih jelas dapat ditelusuri video tentang ulasan singkat di atas serta dapat mengikuti kajian atau bahkan dialog interaktif melalui jaringan yang disediakan oleh tim channel tersebut. Kiranya menggugah dan dapat bermanfaat bagi segenap Kolega Pembaca Semuanya, inshaaAllah!
Oleh: Nazwar, S. Fil. I., M. Phil. (Penulis Lepas Lintas Jogja Sumatera)


Tinggalkan Balasan