Ketiadaan BEM bukan masalah sederhana. Ini adalah gejala kanker demokrasi kampus yang harus segera diobati. Mahasiswa tidak boleh terus-menerus disuapi narasi pasrah. Jika demokrasi kampus mati hari ini, maka jangan harap kita akan punya generasi pemimpin masa depan yang matang secara politik dan peka terhadap isu-isu rakyat.

Maka dari itu, mahasiswa Universitas Batanghari harus bangkit. Rebut kembali ruang politik kampus. Hidupkan kembali BEM sebagai simbol perlawanan dan kontrol. Jangan biarkan kenyamanan segelintir elite kampus menjadi alasan pembungkaman sistemik terhadap suara mahasiswa.

Demokrasi kampus adalah cermin kualitas demokrasi bangsa. Jika cermin itu pecah di Batanghari, maka retaknya bisa menjalar ke mana-mana. Saatnya kita bersuara—karena diam adalah bentuk persetujuan terhadap kematian itu sendiri.

Baca juga:  Revolusi Pemuda: Meredefinisi Keterlibatan Politik untuk Masa Depan

Terpinggirkan maka melawan ,Sebab penguasa tak berkawan ,ketika otoritas membentuk ruang ,maka pemberontakan adalah jalan Tuhan

Penulis : Muhammad Ferdiansyah | Mahasiswa Hukum Unbari