Pertunjukan ini juga menyuarakan kekhawatiran atas semakin terpinggirkannya kearifan lokal Papua oleh pembangunan yang tidak berkeadilan.

Lewat puisi dan lagu-lagu daerah yang penuh emosi, penonton diajak merenungkan nasib masyarakat asli Papua di tengah perubahan zaman.

Menurutnya, jika alam hilang maka budaya juga hilang, dan jika budaya hilang ciri khas masyarakat Papua turut hilang.

“Raja Ampat itu kebanggaan kita, kita bukan anti pembangunan, tetapi ini kekecewaan kita terhadap pemerintah yang terlalu menekan, dengan dalil ekonomi perubahan, kemajuan, pertanyaannya kemajuan buat siapa,” ucapnya.

Papua Night Show menjadi pengingat bahwa seni adalah bahasa yang kuat untuk menyuarakan keadilan dan merawat kebhinekaan. Dari Tugu Keris Siginjai, gema Papua malam itu seolah menembus batas wilayah menyentuh hati, menyatukan kepedulian. (*)

Baca juga:  Siap-Siap ! Besok Bawaslu Kota Jambi Akan Periksa Calon Wali Kota Jambi Nomor Urut 2