Buku ini memaparkan prinsip dasar marhaenisme yang, menurut Emir, lebih unggul dibanding liberalisme maupun marxisme, karena lahir dari realitas sosial Indonesia. Ia menggabungkan semangat kebebasan, keadilan sosial, dan gotong royong, serta menjadikannya solusi untuk mengikis kesenjangan sosial dan melindungi kedaulatan bangsa.

Lebih lanjut, Emir berharap melalui buku ini generasi muda dapat memahami marhaenisme sebagai ideologi besar yang membela martabat rakyat kecil dan menjadi tameng dari penetrasi ideologi asing.

“Kalau anak muda paham marhaenisme, mereka tidak akan mudah goyah oleh arus ideologi asing,” pungkasnya.

Buku setebal 214 halaman ini menurut Emir memuat tiga pesan utama. Pertama, mengajak generasi muda mengenal dan memahami marhaenisme sebagai ideologi asli Indonesia. Kedua, menumbuhkan kesadaran atas kekayaan bangsa, baik sumber daya alam maupun nilai ideologis. Ketiga, menghidupkan kembali memori sejarah yang terlupakan.

Baca juga:  Kampanye Tanpa Izin di Rumah Ibadah dan Lakukan Politik Uang, HAR- Guntur dilaporkan ke Bawaslu Kota Jambi

Buku tersebut terdiri atas delapan bab, yakni :

1. Marhaenisme dan Generasi Muda

2. Marhaenisme Bukan Sekadar Teori

3. Dua Pilar Marhaenisme

4. Mewujudkan Marhaenisme Melalui Machtsvorming dan Machtsaanwending

5. Marhaenisme dan Visi Sosialisme Indonesia

6. Marhaenisme, Pancasila, dan UUD 1945

7. Periode Sosialisme Indonesia 1959–1965: Masa Kegelapan atau Keemasan?

8. Membaca Indonesia Kini dan Perspektif Marhaenisme.

Peluncuran buku ini turut dihadiri Wakil Ketua DPRD Kaltim Ananda Emira Moeis yang juga Sekretaris DPD PDI Perjuangan Kaltim, serta pengurus DPP, DPD, dan DPC Gerakan Pemuda Marhaenis (GPM) se-Kalimantan Timur. (*)