Di TPA Talanggulo, sampah diolah melalui konsep circular economy menjadi produk bernilai tambah seperti briket, RDF, magot, dan pupuk. Sistem ini, kata Maulana, mendapat respon positif dari forum.
“Mudah-mudahan semuanya bisa berjalan sesuai yang kita inginkan. Jangan lupa bahagia,” pungkasnya.
Pada sesi learning and knowledge sharing, Maulana memaparkan program pengolahan sampah berbasis pemberdayaan masyarakat melalui Kampung Bahagia sebagai salah satu best practice kota di Indonesia. Ia menekankan pentingnya kolaborasi multipihak dan penanganan sampah yang komprehensif dari hulu ke hilir.
AGMF 2025 dibuka oleh Deputy Prime Minister Malaysia, Datuk Seri Fadillah Yusof, dan menjadi platform strategis kerja sama antar gubernur dan wali kota di kawasan ASEAN untuk memperkuat kolaborasi pembangunan perkotaan berkelanjutan. Forum ini juga membahas advokasi, peningkatan kapasitas, riset, serta pertukaran pengetahuan dan praktik baik yang selaras dengan tujuan global seperti SDGs, New Urban Agenda, Paris Agreement, dan Sendai Framework.
Maulana menjelaskan, tema utama AGMF 2025 adalah ASEAN Future Cities and Regions: Inclusivity and Sustainability dengan empat pilar pembahasan:
- Climate Resilient Cities – Adaptasi dan mitigasi bencana iklim dengan solusi berbasis alam.
- Healthy and Caring Cities – Pembangunan kota inklusif yang mendukung kesehatan masyarakat dan memperkuat jejaring sosial.
- Digital Transformation and Innovation – Transformasi digital dalam pengelolaan kota, layanan publik, dan inovasi teknologi perkotaan.
- Collaborative Pathways to Sustainability – Kerja sama antar pemangku kepentingan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan.
Forum yang digelar di Kuala Lumpur Convention Centre (KLCC) ini dihadiri sekitar 8.000 peserta. Dari Indonesia, terdapat 47 kota anggota UCLG ASPAC (United Cities and Local Governments Asia Pacific) yang diundang, salah satunya Kota Jambi. (AAS)


Tinggalkan Balasan