Selaras dengan itu, SEVP Business Support PTPN IV Regional III, Bambang Budi Santoso, menekankan pentingnya sinergi lintas pihak untuk meningkatkan daya saing sawit nasional. “Penguatan ekosistem sawit tidak bisa berjalan sendiri. Perlu kolaborasi erat dengan pemerintah, asosiasi, dan pemangku kepentingan lain. Kami sudah membuktikannya” ujarnya.

Ia mencontohkan keberhasilan Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) di Riau yang dimodernisasi sejak 2019. Melalui program ini, produktivitas kebun petani mitra meningkat signifikan. Pendapatan petani pun tercatat mencapai rata-rata Rp12 juta per bulan per kavling.

“Dampaknya bukan hanya pada kesejahteraan keluarga petani, tetapi juga ikut menggerakkan ekonomi desa secara lebih merata,” kata Bambang. Ia menambahkan, lebih dari 2.000 petani mitra kini tengah mempersiapkan diri memperoleh sertifikasi RSPO untuk memperkuat posisi mereka di pasar global.

Baca juga:  Akselerasi PSR, Rekomtek Petani Binaan PTPN IV PalmCo tembus 13 Ribu Ha Setahun

Ketua Dewan Pengawas Aspekpir, Rusman Heriawan, mengapresiasi konsistensi PTPN IV dalam membangun kemitraan dengan petani. Ia menyebut komoditas sawit terbukti mampu mempercepat penurunan angka kemiskinan di wilayah sentra produksi.

“Petani sawit sekarang jarang yang miskin. Itu fakta. Sawit telah mengangkat kesejahteraan masyarakat dan berkontribusi pada penurunan kemiskinan nasional,” ujarnya.

Rusman juga menekankan bahwa hubungan antara Aspekpir dan PTPN sudah terjalin sejak era 1980-an dan tetap terjaga hingga kini. “Kami adalah petani murni yang fokus memperbaiki nasib. Loyalitas Aspekpir untuk membangun kemitraan dengan perusahaan tidak perlu diragukan,” katanya.

Dengan kolaborasi erat antara perusahaan, pemerintah, dan asosiasi, diharapkan petani sawit di Indonesia semakin mandiri, industri semakin tangguh, dan kontribusi terhadap perekonomian nasional semakin besar.(*)

Baca juga:  DPD ASKI Sorot Pentingnya Dukungan Pemerintah Daerah Untuk Kopi Jambi Agar Mampu Mendunia