Selain fungsi edukasi, proyek ini juga diarahkan untuk mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan. Lantai bawah gedung akan dijadikan pusat ekonomi kreatif, berisi gerai oleh-oleh khas Jambi, produk budaya, dan kuliner lokal. Konsep ini diharapkan memberi peluang bagi seniman dan pengrajin daerah sekaligus memperkuat pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Pemanfaatan lahan bekas Pasar Talang Banjar juga disebut sebagai bagian dari upaya optimalisasi aset daerah guna meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Awalnya, proyek pembangunan diorama sempat direncanakan di kawasan Pasar TAC. Namun, lokasi tersebut dianggap terlalu padat.
“Setelah meninjau, kami melihat lahan eks Pasar Talang Banjar ini sangat memadai. Luasnya 45 x 77 meter, jauh lebih besar dari kebutuhan bangunan diorama yang hanya 40 x 20 meter,” jelas Maulana.
Meski sisa bangunan lama berukuran 22 x 25 meter masih kokoh, struktur tersebut akan dimodifikasi untuk menopang konsep diorama di lantai dua. Proyek ini juga akan terintegrasi dengan penataan Jalan Rangkayo Pingai dan Jalan Orang Kayo Hitam. Saat ini, Jalan Rangkayo Pingai sedang dalam proses pembangunan drainase tertutup dan direncanakan akan difungsikan sebagai kawasan pedestrian tahun depan.
Dengan penataan ini, kawasan Talang Banjar diharapkan menjadi destinasi wisata baru sekaligus pusat ekonomi kreatif. Selain memperindah wajah kota, proyek tersebut juga diyakini memberi dampak positif yang meluas hingga ke wilayah Jambi Timur, Pal Merah, dan Jambi Selatan. (*)
Tinggalkan Balasan