Seminar ini menghadirkan dua narasumber dengan topik pembahasan yang berbeda. Pembicara pertama, Elisabeth Devi Krismurniati, S.Si., M.E., selaku Pengendali Ekosistem Hutan Balai Taman Nasional Way Kambas (TNWK), dengan topik pembahasan “Belajar dari TNWK Praktik Baik Pengelolaan Gajah di Landskap Konservasi”. Devi menjelaskan TNWK memiliki kawasan 125.621, 30 ha, dengan 5 spesies mamalia besar, antaranya gajah sumatra, badak sumatra, harimau sumatra, beruang, dan tapir. Tipe ekosistem hutan dataran rendah, hutan rawa, hutan mangrove, hutan riparian, dan hutan pantai. Sedangkan untuk tantangan itu ada perburuan satwa, pembakaran hutan, KGM, penyakit, dan inbreeding.

Pemateri kedua, Rahmat Eko Santoso, S. Hut., M.Sc., selaku Kepala Departemen Riset dan Konservasi di PT. REKI, dengan topik pembahasan “Jejak Gajah di Hutan Restorasi: Praktik Konservasi PT. REKI dalam Landskap Hutan Harapan”. Eko mengungkapkan pada tahun 2010, PT. REKI melakukan survei baseline ditemukan 6 gajah betina menetap di landskap HH. Tahun 2016 dan 2018, translokasi gajah jantan pertama dari Bukit Tigapuluh (Haris) dan yang kedua (Lanang), dilanjut pada tahun 2019 translokasi gajah betina (Karina), namun mengalami kelelahan dan mati saat perjalanan. Terakhir pada tahun 2022, dilakukan monitoring jejak, percobaan pemasangan GPS Collar, namun kendala dan ada yang mati. Dan kondisi terbaru hingga 2025 ada 5 betina dan 2 jantan.

Baca juga:  Mahasiswa PBSI UNJA Resmi Selesaikan Magang Jurnalistik Bersama HUMAS UNJA

Dengan adanya seminar ini, diharapkan mahasiswa, akademisi, dan para pemangku kepentingan dapat memperkuat komitmen dalam menjaga kelestarian gajah sumatra sekaligus membangun pola koeksistensi yang berkelanjutan antara manusia dan satwa liar di Indonesia.(*)