Namun, tantangannya tidak kecil. Basis massa PSI di Jambi belum solid, logistik politik terbatas, dan elite lama masih dominan. Tapi justru di situlah letak keistimewaannya. PSI tidak perlu menjadi bagian dari politik transaksional, melainkan harus fokus menggarap isu yang dekat dengan anak muda: pendidikan, lapangan kerja, lingkungan hidup, dan keterbukaan anggaran daerah.
Data lokal juga menunjukkan adanya ruang kosong. Partisipasi politik di sejumlah daerah di Jambi, misalnya di Kecamatan Kumpeh pada Pilgub 2020, hanya mencapai sekitar 44 persen. Angka ini mencerminkan adanya jarak antara masyarakat dan dunia politik. Penelitian lain dari Universitas Jambi juga menyoroti lemahnya sosialisasi pemilu di Kota Jambi, yang berdampak pada rendahnya partisipasi warga. Fakta-fakta ini menunjukkan peluang yang bisa dimanfaatkan PSI untuk hadir dengan pendekatan partisipatif yang lebih kreatif dan inklusif.
Generasi muda Jambi tengah mencari rumah politik. Mereka butuh saluran yang bukan hanya mengandalkan jargon, tapi juga menghadirkan ruang nyata untuk berpartisipasi. Jika PSI konsisten dengan nilai-nilainya, bukan mustahil partai ini menjadi wajah baru politik Jambi. Politik tidak lagi hanya milik elite lama, tapi juga ruang bagi milenial yang ingin ikut menentukan arah masa depan daerahnya.


Tinggalkan Balasan