TANYAFAKTA.CO, JAMBI – Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan II 2025 tumbuh sebesar 4,99 persen (y-on-y), naik dari angka 4,78 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Angka ini menempatkan Jambi sedikit lebih baik dibanding sejumlah provinsi tetangga seperti Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan.

Namun di balik capaian tersebut, ada ironi yang perlu dicermati: pertumbuhan tinggi belum tentu berarti kemantapan ekonomi sesungguhnya. Kenapa ? Hal ini dikarenakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi bisa saja dipengaruhi oleh faktor musiman atau temporer, misalnya masa libur sekolah dan hari besar yang meningkatkan konsumsi dan beberapa sektor tertentu secara sementara. Selain itu, pertumbuhan lebih banyak terjadi pada sektor-sektor tertentu tanpa mencerminkan pemerataan yang merata atau peningkatan kesejahteraan yang luas di masyarakat, seperti sub sektor batubara dan angkutan.

Baca juga:  Keliru Soal Akar : Fiskal APBD Bisa Malfungsi

Di samping itu, pertumbuhan ekonomi yang mantap juga harus diimbangi dengan stabilitas ekonomi, daya tahan terhadap guncangan eksternal, dan keberlanjutan sektor utama. Jika ekonomi hanya bergantung pada sektor-sektor yang pertumbuhannya cepat tetapi rentan, maka ekonomi belum stabil dan mantap.

Faktor lain yang perlu dicermati adalah indikator ekonomi lain seperti inflasi, pengangguran, dan kemiskinan yang tidak selalu berjalan beriringan dengan laju pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, meskipun ekonomi Jambi menunjukkan angka pertumbuhan yang cukup baik, kemantapan ekonomi memerlukan penilaian yang lebih dalam berdasarkan kualitas dan keberlanjutan kondisi ekonomi secara keseluruhan

Secara nominal, ekonomi Jambi memang bergerak positif. Bila ditilik lebih dalam, struktur ekonomi Jambi masih bertumpu pada sektor primer — terutama perkebunan, pertanian, dan pertambangan — yang rentan terhadap fluktuasi harga global. Ketika harga sawit, karet, atau batu bara turun, denyut ekonomi Jambi ikut melemah. Artinya, pertumbuhan ini belum berbasis pada diversifikasi yang kokoh.

Baca juga:  Kritik Bukan untuk Dihindari, Tapi Dikawal Sejak Awal

Sementara itu, provinsi seperti Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan memiliki kekuatan yang berbeda. Sumbar menonjol lewat sektor pariwisata, kuliner, dan jasa pendidikan, sementara Sulsel memiliki Makassar sebagai magnet investasi kawasan timur Indonesia. Keduanya memiliki pusat pertumbuhan kota yang dinamis dan mampu menarik modal serta talenta dari luar daerah. Jambi belum memiliki kekuatan serupa. Kota Jambi memang tumbuh, tetapi belum mampu memainkan peran sebagai simpul ekonomi regional yang sesungguhnya.

Di sisi lain, potensi sumber daya alam (SDA) Jambi sebenarnya sangat besar. Dari minyak dan gas, batu bara, hingga lahan perkebunan luas yang menopang ekspor, Jambi seharusnya bisa lebih makmur.