“Mengapa hingga hari ini Jambi belum memiliki SMK Pertambangan atau SMK Perminyakan? Mengapa tak ada satu pun universitas di Jambi yang membuka jurusan pertambangan atau energi?” tanyanya penuh keprihatinan. Pertanyaan itu bukan sekadar kritik, tetapi panggilan kesadaran bagi semua pihak agar mulai berfikir jangka panjang.
Bayangkan jika di Sarolangun berdiri sebuah SMK Pertambangan yang modern, tempat anak-anak muda belajar eksplorasi dan teknologi tambang dari para ahli. Bayangkan pula jika di Jambi berdiri fakultas energi dan perminyakan yang melahirkan sarjana-sarjana cerdas yang siap mengelola potensi daerah. Maka tidak mustahil, 20 tahun ke depan, Jambi tidak lagi sekadar menjadi penonton dalam industri tambang dan energi, tetapi menjadi pengendali, pelaku, dan pemilik nilai tambahnya sendiri.
Samsul Riduan percaya bahwa masa depan Jambi tidak boleh ditentukan oleh investor luar semata, tetapi oleh kecerdasan anak-anak daerahnya sendiri. Ia berkeyakinan, “Sumber daya alam bisa habis, tapi sumber daya manusia adalah kekayaan yang abadi.” Karena itu, investasi terbesar yang harus dilakukan pemerintah adalah investasi pada pendidikan, riset, dan pelatihan vokasi yang relevan. Ia menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah, dunia usaha, dan lembaga pendidikan agar generasi muda Jambi tidak hanya menjadi pekerja, tetapi juga pencipta lapangan kerja.
Dalam kapasitasnya sebagai anggota Badan Anggaran DPRD Provinsi Jambi, ia memahami betul bahwa setiap kebijakan fiskal harus berpihak pada pembangunan manusia. Bagi Samsul Riduan, anggaran bukan sekadar deretan angka di atas kertas, tetapi instrumen perjuangan politik yang menentukan arah masa depan daerah. Ia selalu menekankan agar setiap rupiah yang dibelanjakan pemerintah harus berorientasi pada manfaat langsung bagi rakyat, terutama di bidang pendidikan, ekonomi produktif, dan peningkatan kapasitas SDM.
Visinya sederhana namun strategis: membangun Jambi dari bawah, dari desa-desa yang kuat, dari masyarakat yang berdaya, dan dari generasi muda yang terdidik. Ia percaya bahwa perubahan besar selalu dimulai dari hal-hal kecil, dari kerja keras di akar rumput, dari langkah-langkah nyata yang terus dikawal dengan ketulusan.
Dalam pandangannya, Sarolangun adalah cermin kecil dari Jambi. Daerah yang kaya sumber daya namun juga menghadapi tantangan besar dalam hal kemandirian ekonomi dan pendidikan. Karena itu, ia ingin menjadikan Sarolangun sebagai laboratorium pembangunan berbasis potensi lokal tempat di mana kekayaan alam tidak hanya dieksploitasi, tetapi juga menjadi sarana pembelajaran dan pemberdayaan masyarakat. Ia ingin setiap tambang, setiap kebun, dan setiap sumber daya yang ada di Sarolangun memberi manfaat langsung bagi rakyatnya, sekaligus menjadi ruang belajar bagi generasi muda.
Dari perjalanan panjangnya dari aktivis menjadi legislator satu hal yang tidak pernah pudar adalah keyakinan bahwa perubahan hanya akan lahir dari kesadaran dan kerja keras. Politik baginya bukan ruang transaksional, melainkan panggung pengabdian. Ia membawa semangat aktivis ke ruang parlemen, dengan harapan agar setiap kebijakan yang lahir benar-benar berpihak kepada masyarakat bawah.
Ketika ditanya tentang cita-citanya untuk masa depan, ia menjawab dengan sederhana: “Saya hanya ingin melihat anak-anak Jambi bisa berdiri tegak di tanahnya sendiri. Mereka harus bisa menjadi tuan di negeri sendiri.” Kalimat itu terdengar seperti doa yang lahir dari hati yang tulus. Doa seorang pemimpin daerah yang melihat jauh ke depan, bahwa kesejahteraan bukan hanya tentang angka pertumbuhan ekonomi, tetapi tentang harga diri dan kemandirian bangsa di tanahnya sendiri.
Menutup diskusi dengannya, saya menyimpulkan satu hal : Jambi sesungguhnya tidak kekurangan sumber daya, tetapi membutuhkan arah dan keberanian untuk menanamkan nilai jangka panjang nilai tentang pendidikan, kemandirian, dan keberpihakan. Dalam diri Samsul Riduan, kita melihat potret pemimpin daerah yang tidak hanya berpikir tentang pembangunan fisik, tetapi tentang pembangunan manusia.
Dan dari tanah Sarolangun yang subur itu, lahirlah sebuah suara yang jernih : suara tentang harapan, tentang tanggung jawab, dan tentang masa depan yang harus kita siapkan bersama. Jika setiap anak negeri diberi kesempatan dan pengetahuan untuk mengelola kekayaan alamnya, maka hari itu akan tiba hari ketika anak-anak Jambi benar-benar menjadi tuan di negeri sendiri.
Penulis merupakan Sekretaris PUSDIKLAT LAM Prov. Jambi & Dosen UM. Jambi


Tinggalkan Balasan