“Pada hari Minggu (25/5/2025), saya tak tenang lagi, saya bawa ke rumah sakit. Tapi dokter spesialis tidak masuk karena libur. Yang ada cuma dokter umum. Kemudian anak saya muntah mengeluarkan lendir bercampur darah,” ucap Gimson, menahan tangis.
KB kemudian dirujuk ke RSUD Pematang Reba. Di sana, ia mendapat perawatan intensif, namun kondisi tubuhnya yang mungil tidak mampu bertahan lebih lama.
“Anak saya ditangani dan diberi suntik dan dikasih oksigen. Di ulu hatinya itu sudah bengkak. Sesak napas dia. Dalam perjalanan ke rumah sakit itu dia sudah kejang-kejang. Ngeri kondisinya,” ujar Gimson, menggambarkan detik-detik terakhir putranya.
Sekitar pukul 02.10 WIB, KB dinyatakan meninggal dunia. Tangis keluarga pecah. Duka mendalam menyelimuti rumah yang biasanya penuh canda tawa seorang anak kecil.
Gimson dan keluarga menolak untuk tinggal diam. Mereka melaporkan kejadian ini ke Polsek Seberida, berharap keadilan ditegakkan untuk anak mereka yang pergi terlalu cepat.
Di samping peti jenazah, ayah korban, Gimson, menangis histeris meminta keadilan atas kematian anaknya. Ia berharap agar polisi benar-benar bertindak tegas kepada para pelaku.
“Saya berharap pihak Kepolisian bisa tegas terhadap para pelaku, saya meminta keadilan ditegakan untuk anak saya,” ucap Gimson, dikutip dari Tribun Pekanbaru, Jumat (30/5/2025).
“Ini tidak adil, ini tidak adil,” teriaknya sambil mengetuk-ngetuk peti jenazah sang anak.
Tangis pilu sang ayah membuat pelayat yang hadir ikut merasakan kesedihan. Beberapa orang terlihat menitikkan air mata.
Tak sampai di situ, usai pemakaman, Gimson seolah tak mau meninggalkan anaknya sendirian di makam. Sambil terus memegang gundukan tanah, Gimson tak kunjung beranjak dari pusara sang putra.
Pihak kepolisian telah melakukan penyelidikan dan otopsi guna memastikan penyebab kematian korban. Kapolres Inhu, AKBP Fahrian Saleh Siregar, menyatakan bahwa penyelidikan masih berlangsung.
“Kami masih menunggu hasil otopsi, biar tahu pasti apa penyebab korban meninggal dunia,” ujar Fahrian.
Polisi menemukan tanda-tanda kekerasan di tubuh KB. Lima siswa yang diduga sebagai pelaku telah diidentifikasi, yaitu HM (12), RK (13), MJ (11), DR (11), dan NN (13). (Aas)


Tinggalkan Balasan