Dalam catatan Israel, Iran sedikitnya menembakkan sekitar 400 rudal balistik dan sedikitnya 1.000 drone sejak Jumat pekan lalu. Rudal-rudal Iran menyasar berbagai lokasi yang tidak bisa dilindungi sistem pertahanan udara berlapis yang dimiliki Israel.

Mengutip media keuangan terkemuka Israel, The Marker, yang menyebut Israel menghabiskan 285 juta dollar AS setiap malam untuk menangkis rudal dan drone Iran. Kondisi itu membuat perang berkepanjangan dengan Iran tidak memungkinkan bagi Israel. Oleh karena itu, Israel perlu mengakhiri perang ini secepat mungkin.

Dalam kacamata global, Konflik ini tidak hanya berdampak pada kawasan Timur Tengah, tetapi juga memiliki implikasi yang luas bagi politik dan ekonomi Indonesia. Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki kepentingan dalam stabilitas kawasan tersebut. Ketegangan yang meningkat antara Iran dan Israel dapat memicu reaksi dari negara-negara Muslim lainnya, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi kebijakan luar negeri Indonesia.

Baca juga:  Tantangan Inflasi Jambi: Antara Harga, Harapan, dan Kecepatan Bertindak

Secara ekonomi, Indonesia mungkin menghadapi dampak dari fluktuasi harga energi global, terutama jika konflik ini berlanjut dan mempengaruhi pasokan minyak dari Timur Tengah. Kenaikan harga energi dapat berdampak pada inflasi dan pertumbuhan ekonomi domestik.

Perang Iran-Israel akan mengganggu supply dan demand minyak dunia. Pasalnya, Iran merupakan salah satu negara pengekspor minyak terbesar di dunia. Perang ini berpotensi meningkatkan harga minyak sehingga secara otomatis biaya produksi juga akan meningkat. Mengingat masih banyaknya negara yang mengandalkan minyak karena belum beralih ke sumber energi terbarukan. Meningkatnya biaya produksi juga tentu berpengaruh terhadap naiknya harga barang.

Kalau konflik ini bertahan lama seperti Rusia-Ukraina, maka akan cukup berat bagi dunia, dapat terjadi ketidakstabilan harga. Akhirnya, dunia akan mengalami stagflation, stagnation plus inflation, artinya pertumbuhan ekonomi dunia menurun dan inflasi dunia meningkat.

Baca juga:  Menata Ulang Kebijakan Zonasi PPDB: Antara Pemerataan dan Keadilan

Selain itu letak Iran dan Israel yang merupakan jalur pelayaran ekspor dunia. Konflik di wilayah tersebut tentu memaksa negara-negara mencari jalur perdagangan lain yang kemungkinan menempuh jarak lebih jauh. Dengan jarak yang lebih jauh, kebutuhan logistik akan semakin mahal sehingga harga jual juga secara otomatis akan meningkat.

Hal ini dapat mengganggu rantai pasok dunia, memberikan risiko terhadap ketidakpastian ekonomi global. Investor dunia akan berpikir panjang kalau melakukan investasi, pastinya negara-negara Arab dihindari. Terjadinya penurunan investasi global ini berdampak pada menyusutnya perdagangan global.

Perang antara Iran dan Israel adalah contoh nyata dari konflik yang kompleks dan berlapis, di mana doktrin perang modern dan geopolitik saling berinteraksi. Dengan perkembangan terbaru yang menunjukkan konfrontasi langsung, penting bagi negara-negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia, untuk memantau situasi ini dengan cermat dan mempertimbangkan dampaknya terhadap stabilitas regional dan ekonomi global.

Baca juga:  Mengawal Investasi Demi Masa Depan Berkelanjutan : Perpektif Sahabat Alam Jambi Atas Polemik TUKS PT SAS

Penulis : Pengamat