TANYAFAKTA.CO, MUARO JAMBI – Kebakaran lahan di Desa Gambut Jaya, Kecamatan Sungai Gelam, Kabupaten Muaro Jambi, terus meluas dan menyebabkan kabut asap yang mulai mengganggu. Minimnya curah hujan memperparah situasi, hingga luas kebakaran diperkirakan hampir mencapai 300 hektare.

Memasuki hari ketiga, api masih belum berhasil dipadamkan. Bahkan, kobaran justru makin meluas.

Menanggapi hal ini, Anggota Komisi II DPRD Kabupaten Muaro Jambi, Robbi Ramadhan, turun langsung meninjau lokasi kebakaran, Rabu (23/7/2025).

Robbi menyampaikan bahwa kunjungannya bertujuan melihat secara langsung upaya penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla), serta mendengarkan kendala yang dihadapi di lapangan.

“Tujuan kita untuk melihat dan mendengar langsung bagaimana upaya penanganannya. Kemudian, kita juga ingin melihat sejauh mana penanganannya, serta kendala dan masukan-masukan agar kejadian serupa tak terus berulang di tahun-tahun berikutnya,” ujar Robbi.

Baca juga:  Ketua Sementara DPRD Muaro Jambi Tekankan Pemuda Pancasila Sinergi dengan Eksekutif

Dari pantauan di lapangan, Robbi bahkan turut membantu proses pemadaman. Ia menilai, luasnya area yang terbakar membutuhkan sinergi banyak pihak dalam penanganan kebakaran, khususnya di lahan gambut yang sulit dipadamkan.

Lebih lanjut, Robbi menekankan pentingnya bantuan pemadaman dari udara, mengingat kondisi lahan gambut yang dalam dan mudah terbakar.

“Saya berharap helikopter water bombing bisa segera mengudara memadamkan api di Desa Gambut Jaya ini,” katanya.

Robbi juga menjelaskan bahwa lahan yang terbakar merupakan milik masyarakat dan sejumlah oknum pengusaha. Beberapa area bahkan terlihat telah ditanami pohon kelapa sawit.

“Asal api, informasi dari masyarakat, berasal dari lahan milik pengusaha, kemudian merembet ke lahan milik masyarakat,” jelas politisi dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu.

Baca juga:  Ditreskrimum Polda Jambi Dalami Dugaan Penggunaan Ijazah Palsu Caleg Nasdem Muaro Jambi

Saat ini, kondisi kanal yang biasanya digunakan sebagai sumber air juga mulai mengering akibat musim kemarau. Hal ini membuat petugas Satgas Karhutla harus menggunakan pompa air berukuran kecil untuk melakukan pendinginan lahan. (*)