Lebih lanjut, Dr. Noviardi Ferzi menganalisis beberapa risiko yang mungkin timbul akibat pertumbuhan ekonomi yang paling lemah di kawasan. Pertama, kesenjangan sosial dan ekonomi berpotensi semakin melebar, di mana pertumbuhan lapangan kerja tidak sebanding dengan kebutuhan masyarakat. Kedua, Jambi akan kalah bersaing dalam menarik investasi dari provinsi tetangga yang memiliki pertumbuhan lebih menjanjikan. Ketiga, ketergantungan Jambi pada sektor komoditas ekstraktif seperti batubara, membuat ekonomi menjadi rentan terhadap fluktuasi harga global.

Terakhir, lambatnya pertumbuhan ini mencerminkan minimnya inovasi dan nilai tambah dalam produk-produk unggulan Jambi. Terakhir ia menekankan, jika tidak ada intervensi dan strategi baru yang signifikan dari pemerintah, Jambi berisiko semakin jauh tertinggal dari provinsi lain. (*)

Baca juga:  Hari Batik Nasional, Komitmen PHR Berdayakan Masyarakat dan Lahirkan Batik Khas di Tanah Sumatera