TANYAFAKTA.CO, JAMBI – Rilis resmi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi pada Selasa, 5 Agustus 2025, menjadi sorotan tajam bagi kalangan pengamat ekonomi. Data tersebut menunjukkan pertumbuhan ekonomi Jambi pada semester I-2025 hanya mencapai 4,78% secara year-on-year (c-to-c). Angka ini tidak hanya tertinggal dari rata-rata pertumbuhan nasional yang berada di angka 5,12%, tetapi juga menempatkan Jambi pada posisi terlemah di kawasan Sumatera. Provinsi tetangga seperti Bengkulu tumbuh 4,84%, Riau 5%, dan Sumatera Selatan bahkan mencapai 5,42%.
Pengamat Ekonomi Top Jambi, Dr. Noviardi Ferzi, menyatakan bahwa data ini seharusnya menjadi peringatan keras bagi Pemerintah Provinsi Jambi. “Posisi kita termasuk paling lemah di kawasan,” tegasnya.
Kondisi ini menurutnya sangat mengkhawatirkan, terutama jika dibandingkan dengan target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8% yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo. Jambi dinilai masih jauh tertinggal dari harapan dan target nasional.
Lebih lanjut, Dr. Noviardi Ferzi menganalisis beberapa risiko yang mungkin timbul akibat pertumbuhan ekonomi yang paling lemah di kawasan. Pertama, kesenjangan sosial dan ekonomi berpotensi semakin melebar, di mana pertumbuhan lapangan kerja tidak sebanding dengan kebutuhan masyarakat. Kedua, Jambi akan kalah bersaing dalam menarik investasi dari provinsi tetangga yang memiliki pertumbuhan lebih menjanjikan. Ketiga, ketergantungan Jambi pada sektor komoditas ekstraktif seperti batubara, membuat ekonomi menjadi rentan terhadap fluktuasi harga global.
Terakhir, lambatnya pertumbuhan ini mencerminkan minimnya inovasi dan nilai tambah dalam produk-produk unggulan Jambi. Terakhir ia menekankan, jika tidak ada intervensi dan strategi baru yang signifikan dari pemerintah, Jambi berisiko semakin jauh tertinggal dari provinsi lain. (*)


Tinggalkan Balasan