Oleh : M. Naupel Afsol
TANYAFAKTA.CO – Sudah hampir satu tahun Muhammad Rifaldi S.Tr.AP menjabat sebagai Ketua DPRD Kabupaten Merangin. Politisi muda dari Partai Amanat Nasional (PAN) yang semula diharapkan membawa semangat baru, justru mulai dipersepsikan publik lebih sering absen dari denyut kehidupan rakyat.
Secara formal, rapat-rapat DPRD memang berjalan. Namun, ukuran kepemimpinan seorang Ketua DPRD bukan sekadar duduk di kursi kekuasaan, melainkan keterlibatan langsung dalam menyerap aspirasi masyarakat.
Penulis sangat menyesalkan sikap Rifaldi yang dinilai gagal menghadirkan ruang dialog publik yang substansial.
Ini bukan keluhan sepele, tetapi alarm keras bahwa fungsi representasi di DPRD sedang melemah.
Apa arti jabatan legislatif tertinggi bila rakyat kesulitan berinteraksi dengan pemimpinnya? Apalagi desakan terbesar justru datang dari kaum muda Merangin yang hanya menuntut hal sederhana: transparansi, akuntabilitas, dan ruang dialog terbuka.
Sayangnya, hingga kini yang mereka temui hanyalah dinding sunyi. Tanpa forum substantif, DPRD dinilai kian menjauh dari rakyat dan gagal menjadi jembatan antara masyarakat dan kebijakan.
Kepemimpinan muda kerap dielu-elukan sebagai simbol perubahan. Namun, Rifaldi justru menunjukkan betapa jargon itu rapuh jika tidak diiringi keseriusan. Satu tahun sudah cukup untuk menilai arah kepemimpinannya.
Dan sejauh ini, publik lebih banyak menyaksikan ruang dialog publik yang hilang, serta seorang Ketua DPRD yang tampak lebih sibuk menjaga kursi ketimbang menjawab panggilan rakyat.
Jika kondisi ini terus berlanjut, wajar bila masyarakat mulai bertanya: apakah Rifaldi benar lahir untuk membela rakyat, atau hanya menambah daftar panjang politisi simbolik yang hadir tanpa makna?
Penulis Merupkan Ketua Himpunan Mahasiswa Pelajar Sungai Manau Lamo (HMPSUMAL) – Jambi


Tinggalkan Balasan